Triangulasi
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115)
yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk
mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution,
selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran
peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.
Denzin
(dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian
ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik
pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.
Triangulasi
dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu,
maka ditempuh langkah sebagai berikut :
1.
Membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara
2.
Membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3.
Membandingkan apa yang dikatakan
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu.
4.
Membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai
kelas.
5.
Membandingkan hasil wawancara dengan
isi suatu dokumen yang berkaitan.
Sementara
itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam riset kualitatif
triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti disamping
proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas informasi yang
diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian. teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain.
Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan
kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.
Murti
B., 2006 menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk
meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah
riset. Dengan demikian triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani
dikotomi riset kualitatif dan kuantitatif, sedangkan menurut Yin R.K, 2003
menyatakan bahwa pengumpulan data triangulasi (triangulation) melibatkan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Apa yang dapat saya katakan disini bahwa
implementasi riset kesehatan saat ini banyak dikembangkan kemitraan riset
kualitatif dan kuantitatif (mix methods) atau dengan ungkapan saya“Bridging
disparities evidence based mixed methods approaches in healthcare
organizations”.
Triangulasi juga dapat merujuk kepada akurat survei sistem dari segitiga yang sangat besar, yang disebut jaringan triangulasi
Pengaplikasian triangulasi :
dapat digunakan untuk mengitung koordinat dan jarak dari pantai ke kapal
Triangulasi digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran panjang
dan lebar yang sama, maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut yang
diukur adalah sudut dalam tiap - tiap segitiga. Metode Triangulasi. Pengadaan
kerangka dasar horizontal di Indonesia dimulai di pulau Jawa oleh Belanda pada
tahun 1862. Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan Belanda ini dikenal
sebagai titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan cara triangulasi.
Hingga tahun 1936, pengadaan titik triangulasi oleh Belanda ini telah mencakup
pulau Jawa dengan datum Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra dengan datum Padang,
Sumatra Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai Timur Sumatra dengan datum
Serati, kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombik dengan datum Gunung Genuk, pulau
Bangka dengan datum Gunung Limpuh, Sulawesi dengan datum Moncong Lowe,
kepulauan Riau dan Lingga dengan datumGunung Limpuh dan kalimantan
Tenggara dengan datum Gunung Segara. Posisi horizontal (X, Y) titik triangulasi
dibuat dalam sistem proyeksi Mercator, sedangkan posisi horizontal peta
topografi yang dibuat dengan ikatan dan pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat
dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik triangulasi buatan Belanda tersebut
dibuat berjenjang turun berulang, dari cakupan luas paling teliti dengan jarak
antar titik 20 - 40 km hingga paling kasar pada cakupan 1 - 3 km.
Koordinat dan jarak ke titik dapat ditemukan dengan menghitung panjang salah satu sisi segitiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar